Ignacio Geordi Oswaldo – detikFinance
Rabu, 20 Mar 2024 12:03 WIB
Jakarta – Perusahaan multinasional Unilever akan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 7.500 karyawannya secara global. Pemangkasan ini dilakukan sebagai bagian dari program penghematan biaya baru seiring dengan rencana perusahaan untuk memisahkan unit bisnis es krimnya.
Melansir dari The Guardian, Rabu (19/3/2024), jumlah pengurangan karyawan merupakan 5% dari keseluruhan karyawan secara global yang bisa mencapai 128.000 orang. Namun kemungkinan besar PHK massal ini akan berfokus di kantor pusat Unilever London, dan beberapa di unit bisnis di negara lain.
Melalui pemangkasan ini, perusahaan ditaksir bisa menghemat sekitar 800 juta euro atau setara dengan Rp 13,68 triliun (kurs Rp 17.100/euro) selama tiga tahun ke depan. Dengan begitu perusahaan dapat menjalankan rencana pemisahan unit bisnis es krim mereka yang diperkirakan selesai pada akhir tahun 2025.
CEO Unilever, Hein Schumacher, menyebut hingga saat ini perusahaan masih belum bisa memastikan di negara mana unit bisnis es krim ini akan berdiri sebagai sebuah perusahaan baru. Namun, mengingat Unilever sendiri pada awalnya merupakan perusahaan Belanda-Inggris, kemungkinan pemindahan akan dilakukan ke Rotterdam, Belanda.
“Secara historis, perusahaan ini adalah perusahaan Belanda-Inggris. Kami mengelola divisi makanan dan es krim yang saat ini berada di Belanda, dan sisanya (produk Unilever lainnya) di perusahaan yang terletak di London,” kata Hein.
“Namun itu tidak berarti unit bisnis es krim akan menjadi perusahaan Belanda atau Inggris. Kami sedang mempertimbangkan semua opsi,” terangnya lagi.
Perlu diketahui, unit bisnis es krim Unilever ini menghasilkan lima dari 10 merek terlaris di dunia seperti Wall’s, Magnum, dan Ben & Jerry’s. Unit bisnis ini juga membuat merek seperti Cornetto, Viennetta, Carte d’Or dan Breyers yang cukup terkenal di berbagai negara termasuk Indonesia.
Selama ini, unit usaha es krim Unilever sendiri mampu meraup pendapatan hingga 7,9 miliar euro atau sekitar Rp 135,09 triliun per tahun. Dengan jumlah itu, unit bisnis ini mampu menyumbang 16% dari total penjualan grup.
Bersamaan dengan pengumuman rencana pemisahan ini, saham Unilever naik lebih dari 3% pada hari Selasa (19/3) kemarin. Kondisi ini menjadikannya sebagai saham dengan kenaikan tertinggi di FTSE 100.
(fdl/fdl)