Shafira Cendra Arini – detikFinance
Rabu, 03 Jan 2024 11:56 WIB
Jakarta – Saham raksasa teknologi Apple (AAPL.O) anjlok hampir 3,6% ke level terendahnya dalam 7 minggu pada Selasa kemarin. Kondisi ini terjadi usai Barclays menurunkan peringkat saham perusahaan itu.
Dilansir dari Reuters, Rabu (3/1/2024), Barclays menurunkan peringkat saham perusahaan paling berharga di dunia itu di tengah kekhawatiran bahwa permintaan atas produk Apple, mulai dari iPhone hingga Mac, akan tetap lemah pada tahun 2024.
Barclays adalah perusahaan pialang kedua yang memberikan peringkat setara dengan ‘sell’ pada saham Apple, sehingga kini saham tersebut memiliki jumlah rekomendasi bearish terbanyak dalam setidaknya dua tahun terakhir, menurut data LSEG.
Kemerosotan saham Apple pada hari Selasa kemarin ini telah menghapus lebih dari US$ 100 miliar atau setara Rp 1.550 triliun (kurs Rp 15.500) kapitalisasi pasar Apple. Selain itu, sahamnya ditutup pada US$ 185,64.
Barclays menurunkan peringkat sahamnya menjadi ‘underweight’ dari ‘netral’ dan memangkas target harga 12 bulannya sebesar US$ 1 menjadi hanya US$ 160.
Secara rata-rata, para analis memberikan peringkat ‘buy’ pada perusahaan pembuat iPhone itu, dengan target harga rata-rata US$ 200. Perusahaan ini diperdagangkan sekitar 28,7 kali lipat perkiraan pendapatannya 12 bulan ke depan, jauh lebih tinggi S&P 500 yang mencapai 19,8.
Saham Apple sendiri menyumbang 7% dari bobot pasar S&P 500 (.SPX), lalu indeks yang lebih luas turun 0,56% pada hari Selasa. Apple naik hampir 50% pada tahun 2023, mencapai rekor tertinggi pada pertengahan Desember dalam tahun ketika Big Tech memimpin pasar.
Apple telah bergulat dengan perlambatan permintaan sejak awal tahun lalu, dengan perkiraan penjualan kuartal liburan di bawah proyeksi Wall Street. Kinerjanya di China juga mengkhawatirkan setelah kebangkitan rival lokalnya, Huawei.
“IPhone 15 kurang bagus dan kami yakin iPhone 16 juga seharusnya sama,” kata Analis Barclays Tim Long dalam sebuah catatan kepada kliennya.
Penilaian Long ini merujuk pada kelemahan China serta lemahnya permintaan di pasar negara maju. Adapun menurut data LSEG, Long sendiri mendapat peringkat empat dari lima bintang untuk keakuratan rekomendasinya di Apple.
Selain itu, Barclays juga memperingatkan adanya peningkatan risiko terhadap bisnis layanan Apple, yang menjadi sorotan di banyak negara termasuk Amerika Serikat (AS) terkait praktik toko aplikasi.
Bisnis ini sering kali melampaui pertumbuhan segmen perangkat keras Apple dalam beberapa tahun terakhir dan kini menyumbang hampir seperempat dari total pendapatan perusahaan.
(shc/das)