Ignacio Geordi Oswaldo – detikFinance
Senin, 06 Mar 2023 15:25 WIB
Jakarta – Depo Pertamina Plumpang di Jakarta Utara baru saja mengalami insiden kebakaran heba tpada Jumat malam (3/3). Dirangkum detikcom, berikut sejumlah informasi terkait kebakaran Pertamina Plumpang.
Penyebab Kebakaran Pertamina Plumpang
Hingga saat ini penyebab pasti kebakaran depo Pertamina Plumpang masih terus didalami. Meski begitu, pihak kepolisian telah mengungkap dugaan sementara penyebab kebakaran.
Hal ini seperti yang telah disampaikan oleh Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo pada saat peninjauan langsung lokasi insiden kebakaran di Integrated Terminal Jakarta, Plumpang, Jakarta Utara pada Sabtu (4/3).
“Tentunya untuk mencari tahu sumber apinya dari mana. Ini sedang dilakukan pendalaman oleh tim. Saat ini, kita sedang mengumpulkan CCTV, saksi, dan hal-hal yang kita perlukan sifatnya teknis yang nanti bisa kita jelaskan tentang peristiwa yang sebenarnya khususnya terkait dengan sumber api,” kata Jenderal Listyo Sigit Prabowo di Depo Pertamina Plumpang, Jakarta Utara, Sabtu (4/3).
Lebih lanjut, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo juga telah mengungkap awal mula kebakaran. Dia mengatakan kebakaran terjadi saat pengisian BBM jenis pertamax di lokasi.
“Jadi sementara yang bisa kita jelaskan pada saat kejadian kemarin kurang lebih jam 20.00 WIB sedang terjadi pengisian atau penerimaan minyak jenis Pertamax dari Balongan diterima di Depo Plumpang,” jelasnya lagi.
Saat proses pengisian BBM itulah gangguan teknis terjadi. Gangguan teknis itu memunculkan tekanan kuat dan lantas terjadi kebakaran. “Kemudian terjadi suatu gangguan teknis yang kemudian mengakibatkan tekanan berlebih. Setelah itu, didapati peristiwa terbakar,” ujarnya.
Akibat Kebakaran Pertamina Plumpang
Akibat kebakaran tersebut, belasan orang meninggal dan puluhan mengalami luka-luka.Adapun beberapa jenazah korban kebakaran juga telah teridentifikasi.
Berdasarkan data yang tercatat, jumlah korban di Koramil 01 Koja ada 19 orang yang meninggal dunia. Sementara itu, jumlah korban kebakaran Depo Plumpang di RS Polri ada 15 jenazah dan satu bagian anggota tubuh.
Selain korban meninggal, kebakaran depo Pertamina Plumpang ini juga membuat warga sekitar kejadian harus diungsikan.
Diluar itu, kebakaran ini juga mengakibatkan Pertamina dan sejumlah warga mengalami kerugian baik secara materiil. Namun hingga saat ini belum ada perhitungan pasti terkait jumlah kerugian.
Opsi Penanganan Pasca-Kebakaran Pertamina Plumpang
Melihat kondisi ini, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menawarkan dua opsi solusi agar tragedi mengerikan tersebut tidak terulang lagi.
Opsi pertama yang ditawarkan Jokowi adalah memindahkan Depo Pertamina Plumpang ke Pulau Reklamasi. Sedangkan opsi kedua, mereklokasi warga sekitar.
“Karena ini zona yang bahaya. Tidak bisa lagi ditinggali, tetapi harus ada solusinya. Bisa saja Plumpangnya digeser ke reklamasi atau penduduknya yang digeser ke relokasi,” kata Jokowi di kawasan Plumpang, Jakarta Utara, Minggu (5/3/2023).
Jokowi mengatakan soal kajian relokasi Depo Pertamina Plumpang atau warga akan diputuskan segera. Dia pun memerintahkan Menteri BUMN Erick Thohir dan Pj Gubernur DKI Heru Budi Hartono untuk memutuskan solusi yang dipilih. Sebab, kawasan Plumpang ini, menurutnya, memang zona berbahaya.
“Nanti akan diputuskan oleh Pertamina dan Gubernur DKI,” ucapnya.
Tanggapan Pengamat
Pengamat Energi dari Universitas Indonesia (UI) menyampaikan bahwa saat ini Pertamina harus dilakukan audit teknis oleh pihak independent terkait kasus kebakaran yang telah terjadi di depo Pertamina Plumpang.
Menurutnya hal ini menjadi penting, terlebih mengingat bagaimana depo Pertamina Plumpang merupakan salah satu instalasi vital, dan sebelumnya juga sudah pernah terjadi insiden kebakaran di sana.
“Tentang kebakaran perlu segera dilakukan audit teknis oleh pihak independent apalagi ditempat ini sudah terjadi beberapa kali kejadian kebakaran,” kata Iwa kepada detikcom, Senin (6/3/2023).
“Yang mana tempat ini merupakan instalasi vital harus evaluasi berkala dikembalikan pd kondisi standar, baik peralatan maupun SOP kerjanya,” jelasnya lagi.
Sementara itu, Iwa juga menyampaikan bahwa idealnya, lokasi depo Pertamina tidak berdekatan dengan pemukiman warga untuk menghindari kondisi terburuk seperti kebakaran yang baru saja terjadi.
Saya tidak tahu persis jarak yang tepat (antara warga dengan depo) karena bergantung seberapa besar instalasi dan kapasitasnya. Suatu instalasi vital dalam kajiannya perlu dilakukan simulasi apabila terjadi kejadian yang terburuk,” ungkap Iwa.
“Instalasi vital ini yang mempunyai risk besar ini harus cukup terisolasi dari masyarakat. Bukan hanya terjadi kepada masyarakat tetapi juga dari masyarakat ke internal, bahkan harus dijaga ketat dari kemungkinan eksternal yang membahayakan,” tegasnya lagi.
Sedangkan untuk opsi yang ditawarkan Jokowi sebelumnya, Iwa menjelaskan bahwa saat ini perlu dilakukan pengkajian terlebih dahulu. Untuk itu opsi ini tidak boleh dilakukan dengan sembarangan. “Opsi tersebut tidak boleh dilakukan sembarangan pada situasi ini, perlu adanya kajian khusus untuk hal tersebut,” katanya.
Menurutnya hal ini menjadi penting mengingat adanya beberap aspek yang harus dikaji, yaitu aspek teknik, ekonomi, lingkungan dan sosial budaya.
“Memindahkan instalasi depo biayanya jelas mahal karna banyak hal teknis yang terkait. Memindahkan warga banyak aspek sosialnya, karena terkait dengan kebiasaan masyarakat. Sehingga menurut saya pemerintah melalui Pertamina segera lakukan kajian ini,” ujar Iwa terkait depo Pertamina Plumpang.
(fdl/fdl)