Hana Nushratu – detikHealth
Kamis, 30 Mar 2023 20:30 WIB
Jakarta – Subvarian Omicron XBB 1.16 atau Arcturus tengah disorot dunia. Subvarian ini disebut-sebut menjadi ‘biang kerok’ kenaikan kasus harian COVID-19 di India yang mulanya 300 kasus menjadi 1.000 kasus per hari.
Di samping itu, subvarian ini juga sudah terdeteksi di negara-negara tetangga seperti Singapura dan Brunei Darussalam. Hal ini membuat masyarakat khawatir subvarian ini bakal masuk ke +62.
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI dr Siti Nadia Tarmizi menyebut hingga saat ini belum ada varian Arcturus yang teridentifikasi di Indonesia. Meski demikian, pihaknya terus melakukan pemantauan guna mengantisipasi kasus tersebut masuk ke Tanah Air.
“Alhamdulillah sampai hari ini, kita belum mendeteksi adanya omicron arcturus atau xbb 1.16,” kata dr Nadia ditemui detikcom di Perpustakaan Nasional RI, Jakarta Pusat, Kamis (30/3/2023).
“Kita belum ada. Tetapi kembali lagi, kita surveilans tetap jalan. Surveilans genomik artinya pemeriksaan varian tersebut dan juga surveilans yg dilakukan teman-teman di kabupaten kota,” bebernya.
COVID-19 RI Sudah Terkendali
dr Nadia menuturkan masyarakat terus hidup berdampingan dengan COVID-19 hingga virus tersebut hilang dari bumi. Ia juga mengimbau masyarakat agar tidak perlu khawatir terhadap subvarian tersebut lantaran RI berhasil mengendalikan pandemi COVID-19.
“Kita akan terus hidup berdampingan dengan COVID-19 sampai kemudian dinyatakan virusnya hilang dari permukaan bumi,” kata dr Nadia.
“Selama kematiannya masih dalam angka yg normal, jumlahnya yang biasa, karena tidak mungkin tidak ada (kematian). Kematian karena penyakit menular itu pasti ada. Tapi kalau angkanya masih dalam batas ini sebenarnya penyakit ini kita tidak perlu khawatir dan kita juga yakin pandemi kita terkendali,” lanjutnya.
Senada dengan dr Nadia, epidemiolog Universitas Indonesia (UI) dr Iwan Ariawan MSPH juga mengatakan bahwa subvarian Arcturus tidak perlu dikhawatirkan. Sebab, selama cakupan vaksinasi masyarakat masih tinggi maka angka kematian tetap terkendali.
“Kalau pemantauan kami saat ini case fatality rate atau tingkat kematian COVID-19 di Indonesia di bawah 1 persen. Artinya buat satu penyakit itu rendah dan kita lihat tetap di bawah 1 persen, jadi saat ini terkendali,” kata dr Iwan.
“Virusnya masih ada tapi kita tetap terkendali artinya virus itu tidak jadi masalah besar bagi kesehatan masyarakat kita,” pungkasnya.