Shafira Cendra Arini – detikFinance
Senin, 27 Mar 2023 19:20 WIB
Jakarta – PT Industri Kereta Api (Persero) atau INKA telah sepakat akan menyediakan kereta rel listrik (KRL) untuk keperluan operasional PT Kereta Commuter Indonesia (KCI). Tidak hanya itu, INKA juga tengah menyiapkan kajian retrofit alias modernisasi teknologi KRL lama milik KCI.
Hal ini disampaikan oleh Direktut Utama PT INKA, Eko Purwanto, dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi VI DPR RI bersama PT KAI. Ia menjelaskan, nantinya retrofit KRL akan memakan waktu hingga 16 bulan.
“Kami sekarang sedang melakukan kajian terkait retrofit KRL yang ada di PT KCI. Dan untuk melakukan retrofit menurut perhitungan kami membutuhkan waktu 16 bulan dan bisa menambah usia penggunaan di atas 10 tahun” kata Eko, di Senayan, Jakarta, Senin (27/3/2023).
Eko mengatakan, keuntungan dengan menggunakan skema retrofit ialah lebih efisien. Selain itu, biaya yang dikeluarkan KCI pun akan lebih hemat, dibandingkan dengan membeli baru maupun bekas.
Adapun selama 16 bulan tersebut proses manufakturnya terdiri atas tahapan engineering, desain, pengadaan, produksi dan pengujian yang membutuhkan waktu 16 bulan, sehingga pengiriman dapat dilakukan pada pekan pertama bulan ke-17.
Dikonfirmasi lebih lanjut selepas rapat menyangkut apakah KRL retrofit ini akan digunakan untuk replacement 2023 atau 2024, Eko mengatakan, keputusan akan bergantung pada KCI. Pihaknya hanya bertugas dalam mengeksekusinya.
Adapun INKA sendiri juga akan memproduksi sebanyak 16 trainset untuk keperluan KCI di 2025, dengan nilai Rp 3,8 triliun. Eko mengatakan, saat ini desain teknologinya telah disepakati oleh pihak KCI.
“Kalau ini desain teknologinya ya. Teknologi sudah oke, kemarin sudah final dengan KCI, tinggal kita persiapkan,” kata Eko.
Eko juga menambahkan, rangkaian kereta ini diperkirakan akan memiliki Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) sekitar 45-50%. Pasalnya, sebagiam besar komponen KRL tersebut mampu diproduksi di industri dalam negeri, salah satunya yakni car body-nya.
Adapun beberapa komponen yang masih diimpor di antaranya sistem propulis, sejumlah komponen pengereman (branking), wheelset, serta sejumlah perangkat lunak.
“Kalau mekanik kita sudah banyak yang bisa produksi di dalam negeri. Yang masih butuh impor itu komponen electrical dan terkait software,” pungkasnya.