Khadijah Nur Azizah – detikHealth
Kamis, 13 Jul 2023 13:03 WIB
Jakarta – Kerap menyendiri, isolasi, dan anti sosial ternyata dapat berpengaruh pada kondisi otak seseorang. Kurangnya kontak sosial dikaitkan dengan demensia dan alzheimer pada orang tua.
Para peneliti di Jepang ingin memahami bagaimana isolasi memengaruhi otak. Mereka kemudian mengamati 8.896 orang berusia 65 tahun ke atas, yang menjalani pemindaian MRI.
Dikutip dari Science Daily, relawan dalam penelitian ditanya seberapa sering mereka berhubungan dengan kerabat dan teman yang tidak tinggal bersama mereka, seperti bertemu atau berbicara di telepon.
Mereka dapat memilih jawaban setiap hari, beberapa kali seminggu, beberapa kali sebulan atau jarang.
Dalam jurnal yang dipublikasikan di laman Neurology, hasilnya orang dengan tingkat kontak sosial terendah memiliki volume otak yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan mereka yang paling banyak melakukan kontak sosial.
Total volume otak mereka, yang merupakan jumlah materi putih dan abu-abu, sebagai persentase dari total volume di dalam tengkorak, adalah 67,3 persen pada kelompok kontak terendah dibandingkan dengan 67,8 persen pada kelompok kontak tertinggi.
Mereka juga memiliki volume otak yang lebih rendah di daerah otak termasuk hippocampus dan amigdala, yang berperan dalam memori dan terkait dengan demensia. Hippocampus adalah salah satu area pertama yang terkena penyakit Alzheimer.
Kurangnya kontak sosial disebut mempercepat penyusutan otak secara bertahap yang terjadi seiring bertambahnya usia. Namun orang yang terisolasi juga cenderung memiliki gaya hidup yang lebih tidak sehat, yang mungkin berdampak buruk bagi otak mereka.
Dr Toshiharu Ninomiya, penulis senior studi tersebut, dari Universitas Kyushu di Jepang, mengatakan isolasi sosial adalah masalah yang berkembang untuk orang dewasa yang lebih tua. Hasil tersebut menunjukkan bahwa memberikan dukungan bagi orang-orang dalam membantu mereka memulai dan mempertahankan hubungan dengan orang lain bermanfaat untuk mencegah atrofi otak dan perkembangan demensia.
Hubungan antara kurangnya kontak sosial dan otak yang lebih kecil, yang ditemukan pada orang Jepang yang lebih tua, ditemukan sebagai kasus bahkan ketika faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi otak, termasuk berat badan, kebiasaan merokok dan alkohol seseorang dan apakah mereka menderita diabetes.
Namun studi yang diterbitkan dalam jurnal tersebut mencatat bahwa orang yang kehilangan volume otak mungkin mengalami perubahan kepribadian, seperti menjadi lebih apatis. Kondisi tersebut mungkin menyebabkan mereka lebih jarang melihat orang, daripada melihat orang lebih jarang menjadi penyebab perubahan otak.
Orang-orang yang terisolasi secara sosial dalam penelitian ini juga memiliki area kerusakan otak yang lebih kecil, yang disebut lesi materi putih, daripada orang-orang yang sering melakukan kontak sosial.
Proporsi volume intrakranial yang terdiri dari lesi materi putih adalah 0,30 persen untuk kelompok yang terisolasi secara sosial, dibandingkan dengan 0,26 untuk kelompok yang paling terhubung secara sosial.
Para peneliti menemukan bahwa depresi, yang terkait dengan penyusutan otak, sebagian menjelaskan hubungan antara isolasi sosial dan volume otak.