BERANDA

Warga AS Tercekik Utang! Hampir Tembus Rp 300 Ribu Triliun

Ignacio Geordi Oswaldo – detikFinance
Jumat, 14 Feb 2025 13:58 WIB

Jakarta – Beban utang warga Amerika Serikat (AS) kian meningkat hingga mencapai US$ 18,04 triliun atau Rp 293.456 triliun (kurs Rp 16.267/dolar AS) per kuartal IV 2024. Ini merupakan jumlah utang rumah tangga terbesar yang dimiliki warga Negeri Paman Sam itu sejak ‘the Great Recession’ pada 2007-2009 lalu.
Melansir CNN, Jumat (14/2/2025), Bank Sentral Federal New York melaporkan secara keseluruhan jumlah utang warga AS ini tercatat naik hingga 0,5% jika dibandingkan dengan kuartal sebelumnya. Peningkatan ini terjadi karena adanya kenaikan jumlah kredit di semua lini sektor yang ditinjau, seperti kredit rumah, cicilan mobil, dan pinjaman pendidikan.

Bank sentral New York itu juga melaporkan bagaimana saat ini warga Amerika mengalami kesulitan dalam menghadapi utang tersebut, khususnya untuk pinjaman mobil dan kartu kredit. Sebab persentase rumah tangga yang memiliki tunggakan lebih dari 90 hari atas pinjaman mobil dan kartu kredit berada pada titik tertinggi selama 14 tahun terakhir.

“Banyak warga Amerika harus memiliki mobil untuk berangkat kerja, jadi itu sering kali menjadi salah satu prioritas tertinggi saat membayar tagihan. Jika mereka kesulitan melakukan pembayaran tersebut, itu bisa menjadi tanda bahwa mereka juga kesulitan melakukan pembayaran lain,” kata kepala analis kredit di LendingTree, Matt Schulz.

Meski jumlah warga yang menunggak lebih dari 90 hari meningkat, jumlah warga AS yang memiliki tunggakan secara keseluruhan tetap berada di Bawah 3,6% atau lebih rendah angka sebelum pandemi.

Belum lagi sepanjang kuartal keempat 2024 kemarin tingkat penggunaan kartu kredit secara keseluruhan naik ke atas 23,8% untuk pertama kalinya sejak 2013. Kondisi ini menunjukkan bagaimana kondisi perekonomian warga AS mulai pulih dan mengalami peningkatan.

“Laporan ini terasa seperti bukti lebih lanjut bahwa orang Amerika pada umumnya baik-baik saja secara finansial,” kata ekonom senior di Deutsche Bank, Brett Ryan, kepada CNN.

“Namun jika mereka menghadapi kehilangan pekerjaan, keadaan darurat medis, atau krisis keuangan besar tak terduga lainnya, keadaan bisa menjadi sangat sulit dengan cepat,” terangnya lagi.

(fdl/fdl)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *