JAWA TIMUR

Timses Machfud-Mujiaman Bicara Surabaya Butuh Pemimpin Bukan Penguasa

Faiq Azmi – detikNews

Jumat, 20 Nov 2020 18:30 WIB

Surabaya – Tim sukses paslon Wali Kota-Wakil Wali Kota Surabaya nomor urut 2 Machfud Arifin-Mujiaman (Maju) bicara soal Surabaya butuh pemimpin, bukan penguasa. Apa bedanya?

“(Surabaya) sekarang memang sudah maju, tetapi kalau hanya menerima keadaan sekarang, Surabaya akan masuk di dalam ‘zona kurang nyaman’ dan pada akhirnya bisa tertinggal oleh kota-kota lain yang lebih progresif,” ujar Ketua Tim Pemenangan Maju, Miratul Mukminin, membuka pernyataannya soal beda pemimpin dan penguasa, Jumat (20/11/2020).

Pria yang akrab disapa Gus Amik ini menjelaskan untuk mewujudkan Surabaya lebih maju, Kota Pahlawan membutuhkan pemimpin, bukan penguasa. Pemimpin adalah pamong praja yang bisa mengayomi dan melindungi rakyat yang berada dalam kekuasaannya. Penguasa adalah pangreh praja menjadi pemangsa rakyat yang berada dalam kekuasaannya.

“Pemimpin itu rela berkorban untuk kepentingan dan kesejahteraan rakyatnya. Penguasa tega mengorbankan rakyatnya untuk kepentingan dan kesejahteraan diri dan kroninya. Pemimpin, rakyatnya taat karena hormat. Penguasa, rakyatnya nurut karena takut. Pemimpin dikenang meskipun telah tiada, penguasa bisa dilupakan meskipun masih berkuasa,” tegasnya.

Gus Amik mengatakan, debat publik Pilwali Surabaya adalah ajang adu gagasan sebagai tahapan, bukan menjadi tujuan. Karena tujuan utama adalah memilih pemimpin yang bisa memimpin, bukan mengadu domba. Pasangan Maju, dia melanjutkan, memberi warna sebagai pemimpin dalam membuat kebijakan strategis, bukan sebagai kepala dinas yang menjadi pejabat teknis.

Machfud-Mujiaman berkomitmen melayani masyarakat dengan sepenuh hati yang ditunjukkan saat debat kemarin,” ungkapnya.

Machfud Arifin-Mujiaman, kata dia, berjanji ngantor secara bergilir di kelurahan, bahkan di RT/RW. Menurut Gus Amik, janji itu menunjukkan ‘ruh’ seorang pemimpin yang tidak ingin ada jarak dengan yang dipimpin. Yang bisa mudah tidak boleh dipersulit, yang bisa murah tidak boleh dibuat mahal, yang bisa dipercepat tidak boleh dibuat lambat, yang bisa terselesaikan tidak boleh ditelantarkan.

“Maju juga bertekad memberikan kepastian pelayanan pada dunia usaha, kepastian waktu, kepastian biaya, dan kepastian hukum,” terangnya.

Gus Amik mengatakan pemimpin akan berbicara masa depan, bukan masa lalu. Dia menyebut pernyataan Djarot Saiful Hidayat yang menuding Machfud-Mujiaman menggunakan politik ‘devide et impera’ untuk memecah belah persatuan, seakan membawa masyarakat pada era penjajahan kolonial.

Gus Amik mengkritik Djarot, sebab tuduhan itu menurutnya jauh panggang dari api, sangat ironis dan memprihatinkan.

“Rakyat sekarang ini sudah cerdas karena buah kemerdekaan yang dihasilkan founding father proklamator kita Bung Karno dan para penerus yang mengisi kemerdekaan. Rakyat sudah semakin faham bagaimana memilih pemimpin yang bisa menyelesaikan masalah dan bukan memberikan masalah,” ungkapnya.

Hadirnya pasangan Maju, kata Gus Amik, dalam deklarasi kampanye damai dan penandatanganan pakta integritas menunjukkan sejak awal pasangan Maju taat asas dan menjunjung tinggi integritas, berkomitmen sportif, menghargai KPU dan Bawaslu, juga warga Surabaya untuk melaksanakan pesta demokrasi dengan nyaman dan damai.

“Pasangan Maju juga memberikan ruang yang sangat luas pada generasi muda milenial. Karena mereka adalah modal penting, pemain, dan penggerak utama di dalam menuju Surabaya Maju Kotane Makmur Wargane, serta calon pemimpin masa depan,” ujarnya.

Everything by design and we design our own world. Lakukan semuanya sesuai rancangan yang telah dibuat, dan teruslah berinovasi. Semoga Allah SWT, Tuhan yang Maha Kuasa, meridhoi Maju membawa Surabaya ke arah yang lebih baik, menuju the next level,” pungkasnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *