Nafilah Sri Sagita K – detikHealth
Senin, 16 Jan 2023 11:00 WIB
Jakarta – Vape semakin banyak diminati kelompok usia muda, bahkan beberapa orang beralih ke rokok elektronik ini dengan keyakinan ‘lebih sehat’ ketimbang rokok konvensional. Padahal, dokter paru memastikan itu hanyalah mitos.
Menurut spesialis paru dari RS Paru Persahabatan dr Erlina Burhan, MSc, SpP(K) kandungan vape atau rokok elektronik biasanya meliputi nikotin, propilen glikol, gliserin, hingga perasa. Kadar nikotin dalam vape bervariasi, menurut analisis Food and Drug Administration (BPOM AS) ada di kisaran 14,8 hingga 87,2 mg/ml pada cairan, hingga 26,8 hingga 43,2 ug per 100 ml puff.
”Menghirup vape 30 kali dapat mencapai kadar nikotin 1 mg sama seperti yang dihantarkan satu rokok konvensional,” terang dr Erlina dalam konferensi pers Sabtu (14/1/2023).
Bagaimana yang Hanya Menghirup Asapnya?
Tidak jauh berbeda dengan bahaya menghirup asap rokok konvensional, menurut dr Erlina, saat perokok vape maupun orang di sekitarnya menghirup asap yang dihasilkan, ada risiko terekspos berbagai zat kimia termasuk bersifat kanker.
Contoh zat penyebab kanker adalah formaldehid dan hidrokarbon. Selanjutnya, zat kimia lain juga bisa berbahaya bagi paru, yakni memicu radang paru. ”Terdapat juga risiko bakar akibat batere litium di alat rokok elektronik,” sambung dia.
”Uap yang dihembuskan mengandung nikotin partikel seperti perasa, aroma, gliserol, dan propilen glikol,” terangnya.