ENERGI

RI Genjot Penggunaan Kendaraan Listrik, PLN IP Wanti-wanti Fenomena Ini

Retno Ayuningrum – detikFinance
Rabu, 28 Feb 2024 14:33 WIB

Jakarta – Pemerintah Indonesia sedang menggalakkan penggunaan kendaraan listrik dalam negeri. Namun, PT PLN Indonesia Power mewanti-wanti soal fenomena duck curve (kurva berbentuk bebek).
Kepala Satuan Pengembangan Teknologi dan Manajemen Aset PT PLN Indonesia Power (PLN IP) Tarwaji Warsokusumo mengatakan fenomena duck curve tersebut terjadi di California, Amerika Serikat. Fenomena tersebut menunjukkan para pelanggan banyak memproduksi listrik sendiri dari pengisian solar electrical vehicle siang hari, sehingga pembangkit dari perusahaan listrik sedikit yang beroperasi.

Dalam paparannya, semakin murah teknologi energi terbarukan, seperti Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB), maka menyebabkan fenomena duck curve menjadi lebih dalam.

“Untuk fenomena lain yang harus diperhatikan ini dampak disruptif dari teknologi, terutama teknologi pembangkit solar EV sebagai contoh yang sudah terjadi di California. Ini ada fenomena duck curve. Pada siang hari pembangkitan dari pelanggan itu sudah sedemikian besar sehingga menggerus pembangkit yang operasi di sisi provider sehingga ini berakibat tidak bisa beroperasi,” kata Tarwaji dalam acara Menelisik Kesiapan Pasokan Gas untuk Sektor Industri dan Pembangkit Listrik yang disiarkan secara daring, Rabu (28/2/2024).

Dia menerangkan fenomena itu dapat menyebabkan jaringan listrik tidak stabil. Pada tahun 2020, negara tersebut sempat mengalami penurunan penggunaan daya listrik selama tiga jam. Namun, dua jam setelahnya terjadi peningkatan daya listrik yang signifikan.

Untuk menstabilkannya, Tarwaji bilang membutuhkan pembangkit yang cepat respon. California sendiri membutuhkan pembangkit 13.000 mega watt untuk menstabilkan jaringan interkoneksi.

Dia menilai Indonesia harus menyediakan pembangkit-pembangkit yang mempunyai fleksibilitas dalam menangani beban minimum dan maksimum. Sebab, dengan kemampuan fleksibilitas ini, dapat terhindari dari bangkrut.

“Nah ini persoalan pelik yang harus kita sediakan sebagai provider. Di mana kalau hanya menggunakan PLTU saja kita hanya bisa masuk 5 MB per menit ini sangat lambat. Sehingga kita butuhkan pembangkit listrik sejenis PLTGU yang bisa merespons sekitar 88 MW per menit ya,” jelasnya.

(das/das)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *