Suci Risanti Rahmadania – detikHealth
Senin, 07 Agu 2023 06:00 WIB
Jakarta – Belum kelar dengan subvarian COVID-19 XBB, kini Inggris tengah diterpa dengan varian baru bernama ‘Eris’ atau subvarian Omicron EG.5.1. Para ahli khawatir munculnya varian baru ini dapat memicu gelombang baru COVID-19 di negara tersebut.
Hal ini dikarenakan ‘cicit’ Omicron itu menyebabkan lonjakan kasus, termasuk rawat inap di rumah sakit.
“Tingkat kasus COVID-19 terus meningkat minggu ini dibandingkan dengan laporan kami sebelumnya. 5,4 persen dari 4.396 spesimen pernapasan yang dilaporkan melalui Sistem Data Mart Pernapasan diidentifikasi sebagai COVID-19. Ini dibandingkan dengan 3,7 persen dari 4.403 dari laporan sebelumnya,” kata Badan keamanan Kesehatan Inggris (UKHSA) dalam sebuah laporan.
‘Varian’ yang Paling Dominan Nomor 2 di Inggris
Kepala UKHSA menyebut varian ini memiliki keunggulan pertumbuhan 20,5 persen dibandingkan jenis varian maupun subvarian lainnya. Artinya, ia memiliki sifat lebih menular dibandingkan varian maupun subvarian yang tengah beredar di negara tersebut.
Berdasarkan data, subvarian Omicron itu telah menyumbang 14,6 persen kasus, menjadikannya yang paling umum kedua di Inggris setelah subvarian Omicron XBB1.16. Tingkat pertumbuhan didasarkan pada sampel pengujian positif yang dilakukan di rumah sakit.
“Arcturus Subvarian Omicron atau disebut XBB.1.16, itu adalah varian yang paling dominan, menyebabkan 39,4 persen dari semua kasus,” menurut data UKHSA.
Tengah Dipantau Ketat WHO
Varian ‘Eris’ ini telah diklasifikasikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebagai variant under monitoring (VUM) atau varian yang diawasi pada Juli. Hal ini menyusul prevalensinya yang tercatat di Inggris dan meningkatnya kasus secara internasional, khususnya di Asia.
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan meski orang sudah terlindungi dengan vaksin dan infeksi yang terjadi sebelumnya, negara tetap tak boleh lengah.
WHO juga mewanti-wanti bagi orang yang berisiko tinggi, seperti lanjut usia dan komorbid, untuk memakai masker di tempat ramai, mendapat booster jika direkomendasikan, dan memastikan ventilasi udara yang memadai di dalam ruangan.
“Dan kami mendesak pemerintah untuk mempertahankan dan tidak membongkar sistem yang mereka bangun untuk COVID-19,” lanjutnya lagi.
Saksikan juga SOSOK pilihan minggu ini: Membaca Watak ala Tessa Sugito
Gejala Varian ‘Eris’
Varian ‘Eris’ merupakan subvarian atau termasuk galur dari Omicron. Berdasarkan Studi Kesehatan ZOE, terdapat lima gejala Omicron yang paling umum, di antaranya:
- Pilek
- Sakit kepala
- Kelelahan (ringan atau berat)
- Bersin
- Sakit tenggorokan
Dugaan Penyebab Menurut Para Ahli
Para ahli menduga bahwa varian tersebut muncul imbas fenomena ‘Barbenheimer’, film Barbie dan Oppenheimer yang berhasil menarik banyak perhatian masyarakat dan telah berkontribusi pada peningkatan infeksi. Selain itu, efek cuaca yang buruk belakangan juga memicu daya tahan tubuh menurun.
“COVID akan terus berubah dan beradaptasi,” ucap Dr Simon Clarke, ahli mikrobiologi di Reading University kepada MailOnline.
“Jadi kita tidak perlu kaget atau khawatir hanya karena varian baru muncul dan menyebabkan peningkatan jumlah infeksi. Perlindungan terhadap penyakit serius yang diberikan oleh vaksinasi masih bertahan dengan baik dan sementara jumlah infeksi naik turun, rawat inap dan kematian tetap rendah,” katanya lagi.
Perlu Khawatir?
Spesialis penyakit menular, Professor Paul Hunter, mengatakan masih terlalu dini untuk mengatakan varian Eris, yang secara ilmiah dikenal sebagai EG.5.1, akan mempengaruhi Inggris.
Namun, ia menyebut bahwa subvarian tersebut kemungkinan menjadi dominan di beberapa titik dan mendorong infeksi total, dan mungkin tidak secara dramatis.