Anisa Indraini, Aulia Damayanti – detikFinance
Rabu, 12 Jul 2023 13:30 WIB
Jakarta – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) turun tangan atas kasus lenyapnya uang nasabah Jenius. Seperti diketahui, saat ini ramai nasabah Jenius mengeluhkan uangnya hilang begitu saja mulai dari nominal Rp 1 juta hingga Rp 24 juta.
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae mengatakan pihak pengawas perbankan OJK tengah meminta keterangan kepada Bank BTPN terkait ramainya kasus tersebut.
“Pengawas sedang melakukan klarifikasi dan koordinasi dengan Bank BTPN mengenai kasus ini,” kata Dian kepada detikcom, Rabu (12/7/2023).
Koordinasi itu dilakukan demi mendapatkan informasi lebih dalam terkait masalah tersebut. “Kita pastikan dulu kesalahan ada di pihak mana,” lanjutnya.
Kemudian, dalam kesempatan berbeda, Dian juga meminta agar bank memperkuat keamanan sistemnya. Karena hal itu penting demi keamanan bank dan nasabah.
“Itu kan hanya masalah kalau nggak salah ada persoalan-persoalan yang terkait dengan masalah penggunaan oleh user dan juga dalam masalah mungkin perlunya sedikit penguatan sistem, mungkin itu. Jadi kita sudah dorong IT-nya untuk supaya semakin diperkuat, digital resilient-nya juga semakin dimantapkan itu aja saya kira tapi itu sangat minor lah dari sekian juta nasabah hanya beberapa,” katanya di Gedung DPR RI.
“Ini yang sedang terus kita lihat persoalan utamanya di mana bisa dari bank, bisa dari nasabah itu yang kita klarifikasi,” jelasnya.
Sebagai informasi, pengalaman lenyapnya uang dari rekening Jenius kembali terjadi. Tak main-main para nasabah mengaku kehilangan mulai dari Rp 1 juta sampai Rp 24 juta.
Seperti pengalaman Siti yang membagikan ceritanya soal uang di rekening Jenius hilang hingga Rp 24 juta. Perempuan itu mengatakan rekening Jenius yang uangnya lenyap itu adalah milik ibunya, Tin Juni Hartati. Kejadian ini terjadi pada hari Senin (10/7/2023) lalu.
Kronologi awalnya, ibunda Siti saat itu harus berangkat ke Pineng Malaysia untuk mengantar suaminya berobat di rumah sakit negara tersebut. Sampai di Malaysia itu pada Minggu (9/7) lalu.
Hari kedua, yakni Senin, ibunda dari Siti mengantarkan suaminya yang harus menjalankan pengobatan di salah satu rumah sakit di Pineng. Transaksi yang digunakan ibunda Siti saat di rumah sakit itu memang menggunakan Jenius.
“Memang mama saya itu punya kartu Jenius, awalnya dibuat itu gampang, easy to use karena ada kursnya, jadi kalau kita ke Singapura atau ke KL itu bisa dipakai naik MRT bisa tinggal top up,” kata Siti kepada detikcom, Rabu (12/7/2023).
Awalnya transaksi di rumah sakit untuk membayar pengobatan itu baik-baik saja. Transaksi yang dilakukan ibunda Siti sebesar Rp 20 juta. Jadi selama dua hari di Malaysia, kartu Jenius baru dipakai sekali untuk membayar pengobatan di rumah sakit pada Senin, (10/7/2023).
Setelah membayar tagihan rumah sakit, ibunda Siti mengisi kembali rekeningnya dengan nominal Rp 15 juta. “Memang kemarin itu saldonya di bawah Rp 40 juta, jadi setelah bayar tagihan Rp 20 juta sama mama saya ditopup lagi maksudnya dari BCA ke pindahin ke Jenius sekitar 15 juta, dengan maksud kalau misalnya diperlukan untuk membayar rumah sakit,” jelasnya.
Kemudian hal yang janggal datang ketika pukul 5 sore waktu Malaysia pada Senin itu. Posisi ibunda Siti sedang menunggu suaminya yang harus menjalankan pemeriksaan. Siti mengatakan berdasarkan informasi dari ibundanya, tiba-tiba ada notifikasi masuk dari Jenius terkait pembayaran di Apple.com sebesar Rp 24 juta.
“Setelah dibuka tertulisnya apple.com tetapi MY jadi apple.com kaya Malaysia dengan jumlah transaksi sekitar 7.299 ringgit. Kalau dirupiahkan itu Rp 24.444.833. Itu Senin tanggal 10 Juli saat nilai tukarnya Rp 3.349 per satu ringgit. Dalam posisi handphone mama saya di tas, kartu fisik di tas dan mama saya sedang menunggu papa saya CTScan,” terangnya.
Pengalaman kehilangan uang di rekening Jenius juga dialami oleh Niniek penjual online shop. Ia mengalami pengurangan uang di rekeningnya pada tanggal 3 Juli 2023, di mana dalam bukti transaksinya dilakukan oleh Skype.com.
Transaksi tak diketahui itu terjadi sebanyak empat kali dengan nominal yang berbeda dalam satu waktu. Pertama Rp 123.527, kemudian Rp 126.782 sebanyak dua kali, dan Rp 743.788. Jadi jika ditotalkan sebesar Rp 1,1 jutaan.
“Nominalnya nggak fix Rp 1,4 juta tapi ada 4 transaksi, terus ada denda 10x juga masuk mutasinya ada semua,” katanya kepada detikcom.