Herdi Alif Al Hikam – detikFinance
Rabu, 07 Agu 2024 13:04 WIB
Jakarta – Presiden Joko Widodo (Jokowi) bercerita soal perjalanan panjang membuat ekosistem kendaraan listrik di Indonesia. Mulai dari tentangan hingga gugatan sudah dialami pemerintahnya selama sekitar 5 tahun terakhir.
Namun kini, Jokowi mengklaim rencana pembuatan ekosistem kendaraan listrik itu nampaknya mulai membuahkan hasil. Apalagi pabrik baterai hingga kendaraan listrik sudah ada di Indonesia.
Hal ini diungkapkan Jokowi saat meresmikan pabrik bahan baterai di Kendal, Jawa Tengah hari ini. Pabrik tersebut dibesut langsung oleh perusahaan China, PT BTR New Energy Material.
“Rencana yang sudah kita putuskan beberapa tahun yang lalu untuk membangun sebuah ekosistem besar kendaraan listrik satu per satu mulai kelihatan nyata dan betul-betul sudah ada di negara kita Indonesia,” beber Jokowi dalam sambutannya saat peresmian, Rabu (7/8/2024).
Rencana besar ekosistem kendaraan listrik, kata Jokowi, dimulai dari langkah pemerintahannya yang melarang ekspor nikel mentah sebagai bahan baku utama baterai kendaraan listrik. Saat itu menurutnya banyak sekali pertentangan dari rencana yang cukup ekstrim ini, tak terkecuali dari berbagai pihak di dalam negeri.
Pasalnya Indonesia kehilangan pemasukan hingga Rp 20 triliunan ketika berhenti memasok nikel ke luar negeri. Namun kini, nilai tambah yang justru dirasakan Indonesia. Kini dari nilai ekspor nikel yang sudah dihilirisasi saja jumlahnya mencapai Rp 510 triliun.
Baca juga:
Jokowi Resmikan Pabrik Bahan Baterai China di Kendal, Produksi 80 Ribu Ton Anoda!
“Saya saat itu meyakini nilai tambah akan melompat naik dan tadi seperti dikatakan pak Menko Luhut Binsar Pandjaitan sekarang sudah US$ 34 billion nilai dari ekspor nikel kita. Dari yang sebelumnya sekitar Rp 33 triliun melompat jadi kira-kira Rp 510 triliun, lompatan sangat besar sekali,” papar Jokowi.
Pertentangan juga terjadi di luar negeri, di tengah tren dunia yang beralih ke kendaraan listrik, nikel menjadi barang panas yang dicari banyak orang. Uni Eropa salah satunya, maka dari itu kebijakan larangan ekspor nikel mentah yang diterapkan Jokowi pun ditentang oleh negara besar.
Gugatan dilakukan Uni Eropa ke Organisasi Dagang Dunia (World Trade Organization/WTO) soal kebijakan larangan ekspor tadi. Bahkan, Indonesia sempat kalah dalam mempertahankan kebijakannya di pengadilan dunia itu.
“Awal-awal banyak yang tidak setuju, pro dan kontra dan juga yang kedua kita digugat oleh EU, oleh Uni Eropa dan kita kalah,” tegas Jokowi.
Namun, menurut Jokowi kebijakan melarang ekspor nikel dilakukan demi kepentingan nasional. Indonesia tak bisa didikte siapapun. Jokowi pun menyampaikan ke menterinya untuk mengajukan banding tanpa perlu takut.
Saat banding-banding diajukan pemerintah Indonesia, di dalam negeri industri hilirisasi sudah terbentuk. Kalaupun banding tersebut terus mengalami kekalahan, Jokowi memastikan ekosistem kendaraan listrik sudah terbangun di Indonesia.
“Saya sampaikan pada menteri maju terus, digugat kalah, banding. Nanti nggak tau kalah lagi, tapi kita sudah punya industri ekosistem besar dari EV maupun EV baterai sudah kita miliki. Jadi yang kita impikan sebuah ekosistem besar kendaraan listrik yang kuat dan terintegrasi satu per satu mulai keliatan,” tegas Jokowi.
(hal/das)