BERANDA

Kenalkan Kompol Jajang, Ayah Ratusan Anak Yatim-Disabilitas di Cilegon

Lisye Sri Rahayu – detikNews
Jumat, 15 Mar 2024 09:28 WIB

Jakarta – Kompol Jajang Mulyaman (52) diusulkan untuk Hoegeng Awards 2024 karena menjadi ayah bagi ratusan anak yatim dan penyandang disabilitas di Kota Cilegon, Kabupaten Serang dan Kabupaten Pandeglang, Banten. Kasubbagbingadik Gadik SPN Polda Banten itu rutin memberikan bantuan dan mengunjungi anak asuhnya.
Kompo Jajang diusulkan oleh warga Kecamatan Cilegon Setyanto Utomo. Setyanto memberikan testimoninya bahwa Kompol Jajang adalah polisi yang suka membantu anak yatim di Cilegon.

Setyanto kemudian memberikan kesaksiannya tentang aksi sosial yang dilakukan oleh Kompol Jajang. Setyanto yang merupakan karyawan swasta bercerita bahwa Jajang adalah sosok yang sangat peduli terhadap anak yatim. Setyanto terkadang ikut dengan Jajang saat berkunjung ke rumah anak yatim dan memberikan bantuan.

“Saya manggilnya Pak Haji Jajang, bukan polisi. Ya (kami) keliling berdua, lagi puasa, hujan-hujan, saya aja kadang-kadang suka terenyuh, makanya salutnya ke Pak Haji itu rutinnya, tiap hari, tiap minggu, saya aja nggak kuat, saya kadang-kadang saya ngikut, tapi saya udah pernah ikut semua terutama Kecamatan Cilegon saya fokuskan itu,” kata Setyanto kepada detikcom.

Setyanto mengatakan Jajang masih menyempatkan diri bertemu dengan para anak yatim setelah pulang kerja. Menurutnya, Jajang menyalurkan bantuan itu seorang diri. Terkadang, kata dia, untuk datang ke rumah anak yatim itu harus berjalan kaki mengangkat bantuan.

“Kalau ada mobil enak gitu, ini mah pinggir (tempat) sampah-sampah, di seberang rel, motor aja nggak bisa. Pak Jajang manggul beras dua, saya dua, motornya diparkir,” sebut dia.

Beragam cerita anak yang diasuh oleh Kompol Jajang. Salah satunya penyandang disabilitas yang hanya bisa berbaring di tempat tidur. Setyanto menyebut orang tua anak itu meninggal karena COVID-19.

“Yang ngasuh mbahnya, mbak putri, bapak-ibunya meninggal, mbahnya sebatang kara, rumahnya ngontrak. ‘Saya mau meninggalkan cari nafkah nggak bisa, karena ninggalin anak’. Kalau datang ke rumahnya saya nggak tahan. Diasuh mbahnya, bapak-ibunya meninggal kena COVID kemarin. Dari lahir sudah disabilitas, cuma di kasur,” tutur dia.

“Kemarin kursi roda dari Pak Haji Jajang, siapa tahu pengen lihat dunia, kadang-kadang dinaikkan kursi roda dilihat ke depan (rumah), itu disumbang sama Pak Haji Jajang kursi rodanya,” imbuhnya.

Setyanto menyebut Jajang juga membuatkan toilet untuk anak yatim yang tinggal di gubuk. Menurutnya, Jajang turun langsung membangun toilet itu.

“Dibuatin sama Pak Jajang toiletnya, terus dikeramik. Dikerjain sendiri sama Pak Haji, ada itu videonya. Ada juga rumahnya sampai bocor, listriknya nggak ada, akhirnya dipasangin listrik sama Pak Haji juga ada, pokoknya banyak ceritalah ini ya kan kalau Pak Haji itu,” jelasnya.

Selain itu, Kompol Jajang juga diusulkan oleh anggota Polri Aipda Renol Efendi. Renol saat ini berdinas sebagai Kanit Samapta Polsek Petir, Polres Serang dengan pangkat Aipda. Renol mulanya mengenal Jajang karena melihat kegiatan sosial Jajang diunggah di media sosial hingga dia tertarik untuk ikut serta.

“Saya anggota Polri kadang-kadang ikut kegiatan beliau, beliau sosok yang patut dicontoh oleh yang lain. Saya kebetulan di Polsek, kalau Pak Jajang dinasnya di SPN Mandalawangi. Kebetulan saya melihat sosok Pak Jajang ini kan di media sosial,” kata Renol kepada detikcom.

Renol menyebut hingga saat ini ada 400 anak yatim dan disabilitas yang diasuh oleh Kompol Jajang. Kompol Jajang disebut rutin mengunjungi para anak yatim itu setelah jam dinas dan hari libur.

“Jadi kegiatan dia itu door to door, dia setelah dinas melaksanakan santunan anak yatim. Malah banyak juga yang nyuruh bikin yayasan dia nggak mau, titipin ke orang dia nggak mau, dia tetap jalan sendiri door to door. Ada juga karena melihat kegiatan beliau nyantunin anak yatim, banyak masyarakat yang ikut partisipasi karena kegiatan beliau,” kata dia.

Renol menyebut para anak yatim itu memanggil Kompol Jajang dengan sebutan Ayah. Menurutnya, anak-anak itu sangat dekat dengan Jajang.

“Dia orangnya penuh dengan sosok orang tua, jadi anak disabilitas digendong sama dia, mungkin bisa lihat di medsosnya. Dia biasanya kegiatan dia sebagai pertangungjawaban kepada donatur dia selalu nge-share di media sosialnya, terus ngajaklah ke orang lain berbuat baik,” tutur dia.

Cerita Jajang Jadi Ayah Ratusan Anak Yatim

Kompol Jajang mengaku bahwa dirinya melakukan kegiatan sosial itu hanya untuk ibadah. Dia termotivasi untuk bersedekah kepada anak yatim. Sebab, kata dia, memberikan bantuan untuk anak yatim adalah sebuah panggilan.

“Awalnya satu kali, saya lihat kondisi dan keadaannya, lambat laun saya terus melihat keadaan yang sebenarnya setelah anak-anak itu ditinggalkan bapak dan ibunya, dia hidup dengan sangat memprihatinkan di situlah saya meneteskan air mata, sehingga pasti di sekitar kita masih banyak,” kata Jajang kepada detikcom.

Jajang mulai menyantuni anak yatim ini sejak 5 tahun yang lalu. Dia memandang beban anak yatim itu harus diringankan. Dia tak ingin karena masalah ekonomi memicu terjadinya kejahatan dan tindakan kriminal.

“Saya juga mencoba untuk mengurangi supaya keluarganya jangan sampai masuk ke dunia kejahatan, contoh ibunya menjadi wanita penghibur, atau mencari barang hasil kejahatan untuk makan anaknya, dan anak-anak yatim jangan sampai terpesona melihat anak lain makan, itulah intinya,” katanya.

Jajang mulanya tidak berani mengunggah aktivitasnya itu di media sosial. Dia tak ingin kebaikannya itu disalahartikan. Merasa bimbang akan hal itu, Jajang sempat menemui seorang kiai.

“Saya datang ke kiai, ‘ini banyak orang yang mencibir ke saya setelah saya naikkan ke media sosial, saya ria katanya’ kata Pak kiai, ‘Pak, itu bukan ria, ria itu kalau bapak ngasih sekali tapi diomongin berulang-ulang, namun kalau bapak konsisten setiap anak itu dapat setiap bulan, dan apalagi bapak lakukan setiap hari, itu bukan ria, itu namanya syiar’,” kata Jajang mencontohkan percakapan dengan kiai.

Pada setiap kunjungannya ke rumah anak asuhnya itu, Jajang akan memberikan bantuan uang dan beras. Jajang sengaja langsung mengantar bantuan dan bertemu dengan anak asuhnya. Jajang ingin dekat dan berdialog langsung dengan anak asuhnya.

“Saya tidak mau ngumpulkan ke rumah, saya ingin lihat keadaan rumahnya, saya lihat bagaimana anak ini ditinggalkan bapaknya, ada yang tenggelam di laut bapaknya belum pulang, ada yang jatuh dari pohon, ada yang tertabrak kereta api, ada yang COVID, ada yang dibunuh, jadi saya tahu persis bagaimana kondisi anak piskologis dan ibunya setelah ditinggalkan bapaknya,” sebut dia.

Tak jarang Jajang meneteskan air mata ketika berdialog dengan anak asuhnya itu. Hingga saat ini ada 400 anak yatim yang diasuh Jajang. Jajang juga membuat grup WhatsApp untuk memantau para anak asuhnya. Namun kebanyakan dari mereka tidak memiliki handphone.

“Alhamdulillah saya 2 rumah anak yatim saya bangunkan rumahnya, ada duafa juga 2 yang saya bangunkan sarana airnya, kalau ada anak-anak difabel saya kasih kursi roda, dari situ kegiatan rutin, saya berjalan terus. Syukur alhamdulillah sekarang ada orang yang membantu, menitipkan ke saya amanah ini,” ucap Jajang.

Hibahkan Gaji untuk Bantu Anak Yatim

Bantuan untuk anak yatim itu diberikan Jajang dari uang pribadinya. Selain itu, ada beberapa orang donatur yang menitipkan amanah. Para donatur memberikan bantuan setelah melihat di media sosial kegiatan yang dilakukan Jajang itu.

“Saya memang menghibahkan semua gaji saya, karena istri saya juga guru, ya masalah makan semua sama istri biar gaji saya kegiatan agama ini. Karena saya bermotivasi hidup di dunia tidak mungkin saya nikmati selamanya, dan semua itu akan dikembalikan kepada Allah. Saya akan kembali hanya membawa amal saya. Saya ingin berbuat baik ingin tabungan di akhirat,” katanya.

Jajang secara rutin mengunjungi para anak asuhnya itu sepulang kerja dan hari libur. Dalam satu bulan, Jajang biasanya bisa mengunjungi hingga 125 orang anak. Setiap kunjungan, anak itu akan diberikan bantuan uang Rp 250 ribu dan 5 kg beras.

“Saya jadi senang, kalau satu hari tidak mencium anak yatim, tidak bisa memeluk anak saya badan saya seperti nggak enak badan, karena kebiasaan, jadi senang aja. Uang itu nanti terakhir yang saya berikan, saya ajak ngobrol dulu, kita belajar mendoakan, (baca) Al-Fathihah, anak-anak yang nggak bisa saya pimpin (baca doa), untuk mengingatkan kita semua,” jelasnya.

Jajang mengaku sengaja mengunggah kegiatannya itu ke media sosial. Dia ingin masyarakat terinspirasi agar melakukan kebaikan. Biasanya, jajang mendokumentasikan kegiatannya secara mandiri menggunakan tripod.

“Saya ingin mengedukasi kepada masyarakat, kalau ada satu kelurahan, satu kecamatan, ataupun ada anggota polsek yang bisa merangkul para pengusaha di situ, Insyaallah itu akan membereskan masalah kemiskinan, masalah kejahatan, masalah pelanggaran yang lain,” jelasnya.

Setelah mengasuh ratusan anak asuh itu, Jajang tetap memilih memberikan bantuan secara langsung daripada membuat yayasan. Jajang sempat disarankan untuk membuat yayasan, namun dia menolak karena merasa belum mampu.

“Karena ini amanah yang datang dari langit, saya bilang kalau saya bikin yayasan berarti saya punya karyawan, punya operasional dari mana anggarannya, kalau ngambil dari orang yang bersedekah saya akan mendapatkan dosa besar, kecuali saya punya yayasan saya punya usaha yang sangat besar dan saya sudah mapan dan saya mampu, dan saya bisa membayar karyawan dari uang pribadi saya. Saya nggak bikin yayasan karena saya belum mampu,” tutur dia.

Ke depannya Jajang berencana untuk membuat pondok pesantren untuk anak yatim. Dia ingin anak-anak itu menjadi orang yang berhasil dan bisa bermanfaat bagi orang banyak.

“Insyaallah saya mau cari tanah saya ingin membangun pesantren untuk anak yatim. Jadi kalau yayasan, saya sudah enjoy kayak gini, saya harus dari tangan saya sendiri, saya ingin langsung ketemu sama anaknya. Saya bukan cuma karena uangnya namun nasihatnya yang saya inikan kepada anak-anaknya, saya ajak anak itu untuk bangkit,” tutur Jajang.

“Mudah-mudahan anak-anak saya nanti ini apabila kelak menjadi orang, menjadi anak yang saleh yang beruntung, dan dia ingat dulu pernah ada sosok polisi yang sering datang ke rumah dan dia akan melanjutkan sedekah seperti saya itu, jawabannya bukan sekarang, tapi nanti anak-anak ini ke depan,” pungkasnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *